ini cerita bagus, pengalaman orang lain yang bagus buat jadi pelajaran berharga,terutama buat para cowok yang ngebet banget pengen punya motor. gua ambil dari novel yang gua beli di toko buku (....) oke cekidot.
Ketika di SMU, banyak teman saya yang sudah punya motor, tapi saya tidak. saking kepengen-nya punya motor, saya mengutarakannya pada ayah. tapi ayah menanggapi dengan dingin, hingga saya kesal. selain itu, saya sering tak enak hati jika berkaca dan melihat gigi depan saya yang agak maju. sewaktu ikut lomba olahraga antar kelas, saya makin tak enak hati karena gigi ini. andai gigi ini tidak ada, tentu saya terlihat lebih cakep di mata penonton.
sepulang sekolah, seorang teman bernama Wawan mengajak pergi membonceng motornya. dengan harapan bisa latihan membawa motor, saya sambut ajakannya. sepanjang jalan kami tak hentinya bercanda. di sela tawa itu, saya bertanya pengalaman Wawan melihat kecelakaan. setelah ia bercerita, dengan santai saya berkata ingin sekali melihat kecelakaan, karena belum pernah melihat langsung. karena sedang bercanda, saya ringan saja mengucapkannya. padahal, semestinya saya tak mengharapkan terjadi kecelakaan pada siapa pun.
sepulang dari rumah yang dituju, Wawan membolehkan saya membawa motornya, dan ia dibonceng. saya senang sekali. keasyikan bercanda berulang lagi. saya jadi tidak begitu konsentrasi membawa motor. akibatnya, setibanya di pertigaan, saya belok mendadak. motor pun oleng dan kami menabrak tembok. motor rusak berat sampai tidak bisa dijalankan. dan dari dagu saya darah mengalir terus. gigi saya juga terasa sakit.
akibat luka di dagu, saya mesti dioperasi. Bukan hanya itu, gigi depan yang saya harapkan "hilang" ternyata langsung copot saat kecelakaan. bukan hanya dua gigi atas yang tanggal, tapi juga empat gigi bawah. orang tua harus mengeluarkan banyak uang buat membayar biaya perawatan dan ongkos perbaikan motor. saya amat menyesal. saya terlalu banyak bercanda dan tidak mengontrol pembicaraan. kecelakaan yang ingin saya lihat akhirnya dialami sendiri. kini ada bekas jahitan di dagu, dan saya harus memakai gigi palsu. tapi saya jadi berhati-hati dalam berbicara, dan berdo'a yang baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar