Aku Kian. Umurku 15 tahun. Sekarang ini aku duduk di bangku SMA. Aku pendiam. Tapi bukan berarti aku bisu. Aku akan berbicara kalau memang perlu bicara. Aku tidak suka tertawa. Tapi bukan berarti aku tidak pernah tertawa. Aku pernah tertawa, saat masih kecil. Namun saat ini aku tidak ingin tertawa. karena statusku masih seorang pelajar. Aku akan tertawa, tapi bukan sekarang. Aku akan tertawa jika aku sudah bisa menjadi orang sukses. Aku akan tertawa sepuasnya semauku. Menertawai teman-temanku yang sering tertawa terbahak-bahak yang tidak pernah menghargai orang lain. Tidak pernah peduli dengan orang sekitar. Dan tidak ingin tahu apakah ditertawai itu sakit. Rasanya menyakitkan. Suatu saat nanti aku akan tertawa di atas mereka. Mereka yang sering menertawai kekurangan yang aku miliki.
Ya. Aku buta. Aku memang buta. Tetapi hatiku tidak buta. Aku masih bisa menangis jika memang hati ini menyuruhku untuk menangis. Aku buta, namun tanganku utuh. Aku bisa saja menampar bahkan mendorong mereka hingga jatuh tersungkur. Namun aku selalu urungkan niat itu. Bukan berarti aku takut. Aku tidak takut apa pun, Kecuali TUHAN. Aku hanya tidak mau kejadian itu akan menjadi halangan untuk aku bisa sukses.
Orang tuaku, dia memang tidak mampu menyekolahkan aku di SLB. Tapi aku akan belajar. Aku akan belajar untuk menghargai jerih payah orang tuaku. Aku akan berusaha keras agar bisa mengukir prestasi di sekolah yang seharusnya bukan untukku. Aku memang tidak bisa membaca. Tapi tanganku bisa. Meski awalnya sulit dan menyakitkan. Hingga aku mengeluh. Mengeluh pada TUHAN "kenapa aku seperti ini, kenapa aku berbeda dengan teman-temanku yang lain? TUHAN, jawab aku!!!!" sedikit demi sedikit aku bisa menerima. Menerima kenyataan yang sesungguhnya tidak ingin aku terima. Aku melatih tanganku untuk membaca huruf braille. Ya, huruf yang di peruntukkan untung orang-orang buta sepertiku.
Aku tidak mau dianggap remeh! Aku pun belajar naik sepeda. Sakit. Aku terjatuh berkali-kali karena tidak bisa melihat jalanan. Ibu dan kakakku terus mengajariku hingga aku bisa. Aku puas. Aku sudah bisa melakukan hal yang bisa dilakukan oleh orang normal. Sampai suatu hari aku protes lagi. Aku protes dengan keadaanku yang buta ini, tapi kali ini sama Ibu. Aku bertanya "bu,sampai kapan aku akan buta? tidak selamanya kan? aku ingin melihat wajah ibu. aku ingin melihat dunia bu. aku ingin bisa melihat indahnya bunga........ Aku ingin melihat wajahku." lalu ibu menjawab "suatu saat nanti kau akan melihat. Kau akan melihat apa saja yang ingin kau lihat."
Besoknya ibu pergi ke rumah sakit. Ibu akan mencari pendonor mata untukku. Begitu katanya. Aku diam. Mau menonton tv tapi aku kan tidak bisa melihat. Mau bermain komputer juga tidak mungkin. Aku pun lebih memilih diam sampai ibu kembali dan membawa kabar gembira untukku. Aku
*krik,bersambung