11.09.2013

Saya, Langit, dan Hujan

Bagaimana saya bisa menyentuh langit
Kalau untuk melewati bebatuan saja, saya masih mengeluh
Bagaimana saya bisa menyentuh langit
Kalau niat untuk menyentuhnya saja tidak ada

Meskupun langit ada tujuh lapis
Kalau pun saya sudah di langit pertama,
yang lain pasti sudah ada di langit selanjutnya

Lalu hujan turun dan mengingatkan saya
Untuk melangkah ke langit selanjutnya,
agar saya berada di posisi yang lebih aman

Tapi apa yang saya dapat,
Saya justru tertinggal lagi oleh yang lain
Padahal saya sudah berpindah dari langit pertama
Lalu saya berpikir untuk tidak menunggu diingatkan oleh hujan

Dan saya pun berpindah ke langit selanjutnya
sebelum hujan mengingatkan saya
Dengan susah payah saya melakukannya
Karena ternyata langit ketiga lebih jauh jaraknya dibandingkan dengan langit sebelumnya

Saya pikir saya sudah mengambil langkah yang benar
Tetapi ternyata hujan malah menyalahkan saya

"Kenapa kamu tidak berpindah lagi? apa hanya itu saja kemampuanmu???"

Lalu saya menjawab,

"Saya baru saja pindah. Oh, apa seharusnya saya tetap di tempat saja dan tidak melangkah? Kenapa kamu hanya marah pada saya, Hujan? Padahal masih banyak yang lain di bawah saya. Oh, apa karena saya pernah tertinggal sebelumnya, jadi kamu menganggap saya tidak punya niatan untuk mengejar ketertinggalan? Padahal saya tidak lagi tertinggal? Saya kecewa. Secara tidak langsung, kamu telah meremehkan usaha saya."

Meskipin Hujan meremehkan saya, saya tetap melanjutkan perjalanan saya karena saya yakin, saya akan sampai di langit ke tujuh.